Senin, 03 Februari 2014

TEKNIK BUDIDAYA IKAN KERAPU


A. Jenis
Ikan kerapu berdasarkan hasil penelitian di Indonesia terdapat 41 jenis. Penamaannya berbeda-beda disetiap daerah di Indonesia. Ada yang menyebutnya kerapu namun ada pula yang menyebutnya ikan sunu, lodi dan lain-lain. Sekarang ini jenis yang paling banyak dibudidayakan adalah jenis kerapu lumpur dan kerapu bebek.


B. Persyaratan Budidaya Pemilihan Lokasi
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan budidaya ikan kerapu di karamba jaring apung adalah pemilihan lokasi dan luas lahan budidaya yang dikelola. Tidak semua wilayah pantai cocok untuk budidaya ikan kerapu, oleh sebab itu penentuan lokasi harus memperhitungkan beberapa faktor penting.
Dalam pemilihan lokasi budidaya, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Perairan yang bebas dari gelombang laut yang besar dan angin kencang.
2. Kedalaman air dari dasar kurungan pada saat surut terendah berkisar 2-5 meter atau lebih.
3. Kecepatan arus tidak kencang yakni berkisar 20 sampai 40 cm/detik.
4. Salinitas berkisar 15-30 ppt, suhu air berkisar 28-30 oC, kandungan oksigen terlarut 5-8 ppm, pH 7,5-9,0, amoniak dan nitrit <0,1 ppm.
C. Teknik Budidaya dan Sarana Budidaya
1. Kerangka/Rakit
Kerangka/rakit merupakan bagian dari keramba yang berfungsi sebagai tempat untuk menempatkan kurungan (jaring) dapat terbuat dari bambu, kayu atau pipa besi. Jika menggunakan besi sebaiknya bahan tersebut terlebih dahulu dicat anti karat. Bentuk dan ukuran kerangka rakit bervariasi bergantung kepada ukuran jaring yang digunakan. Sebuah rakit biasanya terdiri dari empat buah kurungan (jaring).
2. Pelampung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan keseluruhan sarana budidaya. Bahan pelampung dapat terbuat dari drum plastik, drum besi, atau pelampung stylofoam. Ukuran dan jumlah pelampung yang digunakan disesuaikan dengan besarnya beban dan daya apung pelampung. Sebuah rakit bambu yang terdiri atas empat buah kurungan apung (3x3x3 m) diperlukan pelampung drum plastik/besi volume 200 liter sebanyak 9 buah. Pelampung diikat pada rakit dengan tali polythylene (PE) yang bergaris tengah 0,8-1,0 cm.
3. Kurungan (Jaring)
Kurungan tempat memelihara ikan terbuat dari bahan polythylene (PE). Pemilihan bahan-bahan ini didasarkan atas daya tahannya terhadap pengaruh lingkungan dan harganya relatif murah jika dibandingkan bahan-bahan yang lain.
Bentuk dan ukuran ini bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan dan faktor kemudahan dalam pengelolaannya. Lebar mata jaring/kurungan disesuaikan dengan ukuran ikan yang dibudidayakan, misal untuk ikan panjang kurang dari 10 cm lebar mata digunakan adalah 8 mm (5/16 inchi), panjang ikan 10-15 cm lebar mata yang digunakan 25 mm (1 inchi) dan lebar mata dengan panjang 15-40 cm atau lebih adalah 25-50 mm (1-2 inchi).
Pemasangan kurungan pada rakit dilakukan dengan cara mengikat ujung tali ris atas pada sudut rakit. Untuk membuat kurungan membuka ke arah bawah digunakan pemberat yang diikatkan pada keempat sudut tali ris bawah. Kempat pemberat yang diikatkan ke sudut-sudut bawah kemudian diikat ke rakit untuk mempermudah pada waktu pengangkatan dan pergantian kurungan ataupun untuk pengontrolan ikan. Bagian atas kurungan sebaiknya diberi penutup dari bahan jaring untuk mencegah lolosnya ikan atau mencegah predator (burung).
Perawatan jaring selama masa pemeliharaan mutlak dilakukan. Jaring yang kotor dapat menghambat pertukaran air dan oksigen, sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan menimbulkan penyakit pada ikan peliharaan.
4. Jangkar
Jangkar berfungsi untuk menahan keseluruhan sarana budidaya agar tetap pada tempatnya. Jangkar yang digunakan harus mampu menahan sarana budidaya dari pengaruh arus, angin dan gelombang. Jangkar dapat terbuat dari besi, karung berisi pasir atau blok semen/beton.
Tali pengikat jangkar dapat digunakan tali polythylene (PE) dan panjangnya bergantung kepada kedalaman perairan. Panjang tali jangkar biasanya 3 kali kedalaman perairan (pada waktu pasang tinggi).
D. Nilai Ekonomis
Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi tinggi dan telah dibudidayakan secara kemersial di beberapa negara tropis. Rasa dagingnya yang lezat membuat ikan ini punya nilai jual tinggi di pasar dunia. Di Indonesia, dewasa ini kegiatan perikanan ikan kerapu semakin digalakkan sejalan dengan bertambahnya permintaan ikan kerapu, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri khususnya dalam melayani permintaan hotel-hotel bertaraf internasional dan restoran, maupun sebagai komoditas ekspor yang akhir-akhir ini semakin besar permintaanya dalam bentuk hidup. Pasaran utama ekspor ikan kerapu Indonesia adalah negara Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Malaysia, Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa.
Harga ikan kerapu di pasaran cukup baik, hal ini terlihat dari peningkatan harga jualnya. Sebagai ilustrasi, harga ikan kerapu pada tingkat pengumpul pada tahun 1994 berkisar Rp 10.000-Rp 56.000/kg, bergantung pada jenis ikan kerapunya. Harga ikan kerapu di tingkat nelayan saat ini Rp 70.000 per kg. Bahkan harga kerapu di Hongkong dan Singapura bisa mencapai U$ 100 per kg. Diantar kerapu yang bisa dikonsumsi, seperti kerapu macan, kerapu batik, kerapu lumpur dan kerapu bebek harganya paling mahal, hingga Rp 350.000/kg hidup di pasar lokal.
Paling sedikitnya ada tiga alasan mengapa ikan kerapu perlu dikembangkan sebagai komoditas unggulan.
Pertama, kerapu merupakan komoditi perikanan yang memiliki peluang ekspor yang sangat menarik yang selama ini belum dimanfaatkan secara penuh.
Kedua, pertumbuhan bisnis kerapu secara keseluruhan diharapkan akan membawa dampak peningkatan devisa negara dan kesejahteraan lapisan bawah masyarakat.
Ketiga, modernisasi penangkapan dan budidaya ikan kerapu akan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan laut khususnya rusaknya terumbu karang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar