Senin, 20 Januari 2014
kondisi pertanian masa kini
Kondisi pertanian masa kini
Negara kita tercinta Indonesia yang dikenal kaya akan sumber daya alam namun sebagian besar masyarakatnya ada di bawah garis kemiskinan. Sumberdaya pertambangan, sumber daya hutan, sumber daya plasma nutfah dan sumberdaya di dalam lautan. Tak terbayangkan kekayaan yang masih tersimpan di dalam bumi Indonesia, yang ada di lautan baik dipermukaan atau di perut bumi. Tak terbayangkan jutaan bahan tambang seperti timah, emas, perak, tembaga dan bahan tambang lain, jutaan ton ikan dan sumber protein hewani lain, serta jutaan ton minyak dan kekayaan lain yang masih belum digali.
Kelebihan lain selain sumber daya alam yang melimpah negara kita dianugrahi dengan letak wilayah yang strategis dengan iklim tropis yang memungkinkan radiasi matahari diterima sepanjang tahun, suhu di Indonesia yang sangat optimal sangat baik bagi pertumbuhan tanaman. Hampir segala jenis tanaman yang ada di wilayah dunia lain dapat tumbuh di tanah Indonesia ini. Bahkan ada pepetah yang bilang bahwa tongkat yang ditanam di atas bumi indonesia pun akan dapat menjadi pohon karena kesuburan tanahnya. Subhanallah..
Dengan segala potensi sumberdaya alam yang sangat besar dan letak geografis serta iklim tropisnya itu seharusnya pada saat ini Indonesia menjadi negara yang maju dalam bidang pertanian pada khususnya. Namun faktanya kondisi pertanian kita pada masa kini sangat terpuruk. Bagaimana tidak kini kita menjadi negara perngimpor buah-buahan, ternak dan bahan pangan utama seperti beras, jagung, kedelai dan gula. Sungguh kondisi yang sangat ironis mengingat pada era tahun 1980-an negara kita menjadi negara pengekspor utama beras di wilayah asia. Dahulu kala negara seperti Malaysia yang pernah belajar bagaimana cara bercocok tanam pada kita kini justru kondisinya terbalik, kini kita yang belajar pada mereka. Kini kitalah yang membeli beras dari mereka.
Sungguh aneh, dengan anugrah potensi sumber daya yang sangat besar kita masih belum mampu mengelolanya dengan baik. Kita masih kurang bersyukur dengan pemberian anugrah tersebut karena kita lebih banyak melakukan kerusakan alam daripada kita memanfaatkannya untuk kesejahteraan rakyat. Seharusnya kita harus bisa instropeksi mengapa hal itu terjadi pada negara kita. Seharusnya kita malu dengan negara lain seperti Jepang negara yang lebih sempit dengan kondisi tanah yang tidak sesubur kita namun sistem pertaniannya jauh lebih maju meninggalkan kita.
Haruslah dipahami oleh semua pihak akan peran vitalnya sektor pertanian. Pertanian menjadi alat untuk stabilitas ekonomi dan politik dalam suatu negara. Pertanian menjadi alat pemersatu bangsa hal ini sangat beralasan karena pada dasarnya pangan adalah kebutuhan yang paling primer (dasar) yang harus dipenuhi baik untuk sekedar bertahan hidup maupun untuk meningkatkan gizi. Bangsa yang tercukupi gizinya akan tumbuh dan berkembang menjadi negara yang maju.
Ada sebuah cerita menarik, seorang wartawan Jepang pernah melontarkan teguran kepada negaranya, “hai orang jepang, sadarlah jika pecah perang dan jepang diblokade apakah kalian akan makan televisi dan radio”. Kalimat ini memberikan makna bahwa pembangunan ekonomi suatu negara misalnya Jepang jangan hanya mengandalkan sektor industri dan melupakan pembangunan sektor pertanian yang merupakan pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu makan.
Banyak faktor yang menjadi penyebab mengapa negara kita yang kaya ini masih belum mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Negara yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani, hidup di pedesaaan dan merupakan golongan masyarakat yang berpenghasilan renda. Dr. Iskandar Andi Nuhung (2006), terkait permasalahan ini menyampaikan argumentasinya bahwa “lebih dari 60 % penduduk Indonesia hidup dari sektor pertanian, berdiam di pedesaan dan merupakan golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, maka golongan masyarakat inilah yang harus menjadi titik sentral pembangunan nasional terutama dalam pengarahan investasi”. Penulis pribadi sepakat dengan pendapat ini dan membenarkan karena telah terdapat fakta dan bukti yang kuat. Pada masa yang lalu ketika pertanian menjadi sentral pembangunan (leading sector), secara personal petani kita menjadi sejahtera dan dalam konteks negara, mampu mencapai swasembada beras pada tahun 1984..
Segala permasalahan yang ada dalam pertanian telah dipaparkan satu persatu, lalu pertanyaannya sekarang adalah apakah solusi yang dapat kita berikan bagi permasalahan di atas? Masih adakah waktu bagi kita untuk mengejar ketertinggalan kita? Mungkinkah masa kejayaan pertanian Indonesia dapat kembali kita raih????
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar